Kamis, 28 Maret 2013

* Little Trip Story *

ANIN ~ NO MONKEY

 


Di lapangan kuncup ataupun lapangan pendopo rumahnya berdekatan dengan kedua lapangan itu.Sering di adakan konser-konser, kembang api, pasar malem, pameran, karnaval.
Hem, suaranya dapat didengar dari rumah Anin, tapi Anin tetep saja tak bisa melihat... Gumam Anin yang sebenarnya tidak begitu menginginkan ke sana.

Anin pun mulai bernostalgia dengan kejadian-kejadian saat kecil di Pagelaran yang lucu. masih kecil dulu di Pagelaran sering diadakan layar tancep di belakang rumah Anin di dekat koramil, Anin dan Ma2snya ngintip dari pintu belakang rumahnya diem-diem, dan kalau Ibu bangun mereka cepet-cepet ke kamar mandi deh, pura-puranya abis dari buang air kecil.. Ma2s di WC dan Anin di kamar mandi.hahaaa... Bukannya tidak boleh main cuman layar tancap itu malam hari, dan malam adalah waktu kami untuk istirahat.
Hadeh, kalau mengenang masa-masa itu pingin ketawa sendiri gumam Anin.

Oya di belakang rumah juga pernah ada jaran kepang, Ma2s iseng baca ayat kursi dalam hati sambil melihat penarinya. Nah, sudah lumayan lama hampir sore, pemainnya belum kemasukan setan, kalau bahasa jawanya mendem. Akhirnya pemainnya pura-pura mendem jadi ya tidak ekstrim permainannya, pecahan kaca tidak digunakan. kemudian sintreng yang dikurung dalam kurungan saat dibuka masih belum menggunakan baju sintrengnya.hahaa benar-benar jahil Ma2s dulu.

Pernah suatu ketika saat Ibu akan mandi Ibu menaru uang 5000 di selempetan bak mandi, eh... Anin menemukan uang itu, dengan senang gembira langsung jajan. Terus Mbak Anin ini liat Anin memegang roti di kanan dan tangan kirinya memegang uang recehan kembalian yang banyak ditaru diplastik (jaman dulu roti bantal yang besar 100 rupiah) , kemudian Anin bercerita kalau tadi menemukan uang di selempetan bak mandi atas. Terus Mbak Sani minta traktir roti juga tuh di warung Mamak Uliy. 
Sepulang kami dari rumah, Ibu di rumah sudah marah-marah... Siapa ini yang mengambil uang Ibu disini, pokoknya yang tidak ngaku Ibu sumpahin jadi monyet...!!!" .
Cetar...%%&^*#" Bagaikan petir di siang bolong, Anin dan Mbak Sani mendengar ibu kehilangan uang di tempat Anin menemukan uang itu, Rotinya pun langsung jatuh karena takutnya Anin dan Mbak.
Kemudian Mbak Sani berkata, Bu, jangan jadi monyet sih Bu. Ibu menjawab pokonya jadi monyet.
Iya, tapi kalo udah ketemu uangnya enggak jadi monyet yah? ibu menjawab, iya, memanggnya kenapa?
Ini tadi Anin nemu uang di situ. Anin pun langsung menyodorkan uang recehan seratusan dan lima puluhan yang jumlahnya 4800 rupiah dengan dibungkus plastik asongan dengan wajah penuh keringat dan badan gemetaran.hahaaa
Kemudian Ibu memberitahu Anin dan Mbak Sani jangan diulangin. Kalau memang ada uang dimana pun itu biarkan saja, karena itu bukan hak dan milik kita, tidak boleh diambil ya? Tanya Ibu dengan nada rendah sedikit maksa.
Iya bu..!!" jawab serempak.

Hem, saat itu saat-saat yang menyenangkan menjadi menyeramkan... tapi akhirnya hepi ending sih kata Anin. Tapi kalau inget kejadian yang ini menyebalkan.

Dulunya Anin saat kecil sering dititipkan di tempat saudara kalau Mbak dan Ma2s bersekolah, yang jika ada Ibu saudara Anin terlihat sayang dengan Anin. Namun saat Ibu pergi nenitipkan ku mereka jahat. Hijrah ke pringsewu di rumah nenek Anin kelas 2 SD, Ma2s 2 SMP, Mbk Sani 1 SMA dan Mbak Eka 2 SMA, Setelah Anin beranjak ABG Anin menjadi orang yang sangat kaku, sensitif dan pemarah saat Anin bertemu saudara2 sepupu Ibunya itu. Dan beranjak dewasa barulah Anin baru berani menceritakan atas apa yang dialaminya sewaktu kecil sering dititip-titipkan.

Saat Ma2s SMP-SMA banyak yang ngefens sama Ma2s yang selain pintar punya face and kepribadian yang cool selalu rapih dan bersih pake motor kinclong. Yah sebagai adik, pastilah Anin kecipratan hokinya. Teman-temannya itu tau kalau Ma2s sayang dengan adiknya, mendekati dan info berawal dari adik jadi banyak coklat dan permen yang menghampiri anak ingusan itu. Ada yang sampai minta fotonya,hemzZ

Tak terasa Anin pun sudah SMP, Ma2s mengajakAnin berbelanja perlengkapan asesoris sekolah, dari tali pinggang, kaos kaki, jaket, topi, jam tangan sampai sepatu yang bertemakan Rock n'roll. Cara jalan pun harus sesuai. HemzZ dan hampir setiap Ma2s pulang selalu membawa makanan yang diberikan ke Anin, angaknya sih kado dan makanannya dari cewek2 itu. tapi satu pesan Ma2s, Dedek harus janji jangan punya pacar sebelum lulus SMP yah, karena sekali Dedek punya pacar bakal di cap bekasan (bekas pacarku). Anin pun berjanji walau saat kelas 2 dan 3 Anin sempat goyah dengan janjinya dengan Ma2s. Secara yang mendekati Anin anak band dan romantis suka nyanyi dan bikin puisi untuk Anin, Yang lebih gila lagi ada yang nembak Anin saat pelajaran Bahasa Indonesia, Ibu Bertha bukannya marah karena pelajarannya dipakai PDKT malah menyemangati, huh... untung Aku masih bisa membuat alasan yang jelas bukan menolak tapi membuat alasan yang kuat dengan tetap bersikap sayang seperti biasa kemudian pelan tapi pasti. Suatu ketika pernah Anin sangat kecewa dengan Ma2snya yang menyuruh Anin jangan pacaran, karena JAKONI malah Ma2snya punya pacar.Huft curang tapi setelah itu Anin berfikir positif, mungkin itu cara seorang kakak untuk melindungi adiknya agar tidak terkontaminasi.

Hal yang Anin selalu ingat Ibu, Bapak, Mbak dan Ma2s selalu ingat hari ulang tahunnya, dan selalu memberi hadiah sepesial untuknya. Walau hari ulang tahunnya saat remaja tidak pernah dirayakan secara meriah dan wah seperti Mbk2nya tapi ucapan selamat dari keluarga saat Anin bangun tidur itu sangat membuatnya bahagia. Secara dulu saat Mbknya remaja keuangan masih terjangkau untuk membuat pesta. Sedangkan saat Anin remaja keuangan pas2an karena kedua Mbaknya sedang kuliyah di Jogja dan Ma2snya kelas 3 SMA. Jadi antara orang tua dan anak harus kejasama, saat diberi jatah bulanan uang harus dikelola dengan baik dan harus kreatif....if...if.

Berhubung Anin anak terakhir jadi harus kebagian legowo, ngalah dan nrimo, karena kasian melihat orang tuanya bekerja untuk anak-anaknya, sampai tidak memikirkan dirinya sendiri. Anin dekat dengan Ibunya jadi bisa dibilang Anin jadi tempat curahan hati sekaligus keluh kesah, begitu pun sebaliknya Ibu tempat Anin curhat walaupun setengahnya Anin simpan sendiri. SMA Anin jadi anak tunggal, karena ketiga kakaknya sedang kuliyah di Jogja. Dari kecil Anin tergolong anak yang sangat irit dan selain pintar dalam menyimpan uang, Anin juga kereatif untuk menghasilkan uang sendiri jadi Ibu tidak pernah kawatir dengan keuangan Anin saat sekolah untuk LKS dan transportasi.

Namun, namanya hidup banyak yang sirik dengan kehidupan orang. Saudara dari Jakarta tercengang mendengar tiga anaknya kuliah 2 di swasta yang terkenal mahan dan satu di negeri sedangkan satunya sudah SMA dan Oomnya yaitu Bapak hanya seorang pegawai, langsung menyimpulkan saya tidak percaya pasti korupsi. Karena dia yang menguliahkan adiknya dan dia bekerja sebagai direktur bank ternama saja terasa sulit. Banyak yang meremehkan, bahkan ada yang menawarkan untuk membeli kebun atau sawah dan rumah kontrakan orang tua Anin. Mereka tidak percaya bahwa semua itu karena doa yang selalu Ibu hanturkan di setiap malam. Anin mendengar suara air gemericik yang membangunkan Anin untuk melihat dari pintu, Ibu sedang solat. Kunci kemudahan yaitu berusaha dan bekerja sama untuk sederhana dan berusaha antara anak dan orang tua dan berdoa.

Kadang heran mendengar cerita-cerita dari orang-orang yang menceritakan anaknya kuliyah, kirimannya bejuta-juta, ada yang sampai menjual asetnya. Apa iya semahal itu? Padahal menurut Anin kuliyah dengan sekolah bayarannya lebih murah kuliyah, tempat dan biyaya hidup pun terjangkau. Namun setelah diamati karena kebanyakan mahasiswa dari pribumi yang ada beberapa mahasiswa lebih pintar dari orang tuanya sehingga adanya korupsi anak terhadap orang tua terjadi, kurangnya pengecekan orangtua terhadap pengunaan uang anaknya, percayanya orang tua akan anaknya, dll. Tanpa disadari orang tua yang sudah memanjakan anaknya saat dikampus glamor dan wah, kosan yang mahal dengan perabotan lengkap, kendaraan dan berfoya-foya, sedangkan orang tua pun bekerja menguras keringat demi mencukupi permintaan dan kebutuhan anaknya. Kadang itu bukan salah anak sepenuhnya sih, karena orang tua adalah madrasah pertama untuk anaknya. Dari awal anak sudah di manja dan dipenuhi kebutuhannya padahal orang tua tidak sanggup secara tidak langsung mengajakan anak untuk egois dan tidak mau tahu, dan membuat anak berfikir apa yang dilakukan orang tua bekerja itu sudah kewajiban yang harus dipenuhi. Harusnya apa yang anak inginkan tidak harus langsung dipenuhi, dari kecil harus diajarkan sikap kerja sama agar si anak dapat mengerti kondisi orang tua.

Pernah sewaktu Anin ditugaskan ibu untuk berbelanja dengan membawa kertas catatan, Anin melihat ada orang tua yang membawa anaknya, dia kewarung hanya membawa uang 1000rb untuk membeli gula putih 1/4kg dengan harga 2500 sedangkan anaknya merengek-rengek meminta coklat yang harganya sisah dari uang yang digunakan untuk membeli gula, orang tua pun langsung membelikan dengan alasan anaknya menangis. Dari cara si ibu menyayangi anaknya saja sudah tidak benar. Jadi jangan salahkan anak sepenuhnya juga tuh kalau si anak jadi tidak sabaran dan selalu kurang tanpa beusaha.

"Hadeh, kalau aku merengek seperti itu bukan dapat makanan malah dapat cap tangan dari Ibu sesampainya dirumah dan dijamin enggak akan diajak pergi lagi. dari kecil kalau ibu menyuruh aku kewarung pasti membawa catatan agar ibu tau total uang yang terpakai dan tidak ada uang upah. tapi dari itu yang membuatku selalu dapat mengontrol keuanganku dan keuangan kegiatan-kegiatan di kampus." gumam Anin dalam hati.


 Bersambung.....

Cerita ini hanya karangan belaka, jika ada kesamaan cerita atau tempat. Itu hanya kebetulan saja... (^.^)